Bendera Golput Berkibar di Pilkada NTT, Pengamat: Demokrasi Terancam

Kupang,PG- Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT baru saja berakhir. Dalam pleno Rekapitulasi yang digelar KPU Provinsi Nusa Tenggara Timur, Paket Melki Laka Lena dan Johni Asadoma terpilih sebagai pemenang Pilkada NTT untuk Gubernur dan Wakil Gubernur NTT Periode 2024-2029.

Namun, patut juga dikawatirkan dengan hasil Pilkada kali ini. Sebanyak 1.276.980 pemilih di NTT tidak ikut memilih dalam Pilkada serentak 2024 pada 27 November 2024 lalu. Hal ini terungkap dalam pleno rekapitulasi hasil pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT hari kedua di KPU Provinsi NTT, Minggu (8/12/2024).

Dari daftar pemilih tetap (DPT) NTT di Pilkada 2024 sebanyak 3.988.372 pemilih. Rinciannya laki-laki 1.958.444 dan perempuan 2.029.928 pemilih. Namun dalam pemilihan, yang ikut memilih hanya sebanyak 2.711.392 pemilih. Rinciannya laki-laki sebanyak 1.294.481 pemilih dan perempuan 1.416.911 pemilih.

Sementara itu, yang tidak ikut memilih sebanyak 1.276.980 pemilih yang tak mencoblos terdiri dari laki-laki sebanyak 663.963 (33,90%) pemilih dan perempuan sebanyak 613.017 (30,19%) pemilih. Jumlah golput sebanyak 1.276.980 atau 32,02%. Hanya 67,98% pemilih yang berpartisipasi di Pilkada 2024.

Pengamat politik Universitas Nusa Cendana (Undana), Yefta Sabaat menilai ada sejumlah faktor penyebab yang mengakibatkan banyaknya pemilih di NTT tidak mengikuti Pilkada 2024. Kurangnya kepercayaan terhadap politisi menjadi faktor paling berbahaya bagi masa depan demokrasi.

Dosen Ilmu Politik Undana ini pada Rabu, (12/12/2024) menyampaikan, sejumlah faktor yang memicu munculnya golput seperti perubahan lokasi dan jumlah tempat pemungutan suara (TPS) yang berkurang serta jarak tempuh ke TPS.

Faktor lainnya yakni kesadaran politik warga negara yang rendah. Hal ini disebabkan adanya kejenuhan atas berbagai praktik politik yang belum begitu memihak pada kepentingan rakyat. “Soal kesadaran politik warga negara yang rendah. Secara nasional hampir merata tingkat partisipasi warga dalam pilkada sangat rendah,” ungkapnya.

Baca juga :  Tim Pemeriksa Dari Kejaksaan Tinggi NTT Kunjungi Kejaksaan Negeri Alor Untuk Evaluasi Kinerja 

Yefta menjelaskan, berdasarkan pengamatannya, salah satu alasan masyarakat tak mau mencoblos di Pilkada baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi karena ada perspektif bahwa para kandidat yang berjuang tidak bisa menjawab kebutuhan masyarakat luas.

“Faktor lain, bisa jadi kandidat-kandidat yang dirasa tidak memenuhi ekspektasi masyarakat luas. Dalam artian bahwa kandidat yang ada hanya mewakili kepentingan partai elit dan tidak sepenuhnya mewakili kepentingan rakyat,” jelasnya.

Menurutnya, faktor kepercayaan masyarakat terhadap kandidat atau politisi yang bergabung pada Pilkada, juga bisa menjadi alasan yang mempotensikan minim-nya keikutsertaan warga pada hari pemilihan. Hal ini adalah sebuah representasi buruk terhadap masa depan Demokrasi. Menurutnya, angka golput yang mencapai 1.276.980 pemilih melebihi perolehan suara dari pemenang Pilkada tingkat Provinsi NTT. Pasalnya, pemenang pemilihan gubernur-wakil gubernur NTT yakni Melki Laka Lena dan Johni Asadoma mendapat total 1.004.055 suara.

(rnc/PG)