Partai Politik Bukan Perusahaan,Dealership Berbeda Dengan Leadership.

Gregorius Matrecano-Aktivis Politik

Pemimpin dan makelar memang hampir sama jika pemimpin di sebut leader,maka makelar di sebut dealer.Meskipun demikian,bagi bangsa indonesia dewasa ini`banyak yang dimaknai secara salah kaprah.Banyakanya pemimpin yang merangkap menjadi makelar mengakibatkan masyarakat awam sulit membedakan keduanya,kepemimpinan formal dari tingkat RT hingga petinggi negara telah terjangkit krisis yang dahsyat karena makna kepemimpinan yang seharusnya berada di garda terdepan bendera kebenaran dan keadilan ternyata menjadi lembek dan mandul ketika berhadapan dengan godaan bersifat duniawi.Berbeda dengan makelar yang selalu memperhitungkan untung rugi secara materi,pemimpin semestinya mengedepankan proses olah pikir,olah rasa memperjuangkan keteladanan,patriot,kejujuran dalam memimpin manusia dengan amanah.Dari sini harus di mengerti bahwa kepemimpinan adalah kata kunci bagi pengabdian dan kemanusiaan,di tengah situasi dunia kerja yang semakin selektif namun ranah politik selalu dan semakin sepi peminat.Meskipun partai politik dan perusahaan memiliki tujuaan dan cara kerja yang berbeda,namun ada beberapa kesamaan dalam struktur operasionalnya.Kedua entitias ini merupakan sumber daya,organisasi dan strategi untuk mencapai tujuaan masing-masing.Namun partai politik berbeda dengan perusahaan,karena partai politik adalah organisasi nirlaba atau non profit yang berfokus pada kepentingan publik dan bukan kepentingan finansial.

Kita sering mengeluh wajah politik yang tak ujung berubah tetapi juga enggan terlibat masuk di dalamnya.Mungkin bukan karena tak ada jalan,tetapi karena kita terlalu cepat menggangap ruang partisipasi itu bukan milik kita.Situasi saat ini adalah celah untuk partai politik membuka kesempatan di saat perusahaan banyak menutup lowongan kerja.Saat ruang-ruang ekonomi menyempit mungkin kita mulai melirik ke ruang politik,bukan sekedar untuk berkarir tetapi untuk merebut kembali massa depan yang selama ini terasa di jaga erat oleh segelintir orang.Selama ini politik sering di anggap jauh dari kehidupan sehari-hari di saat-saat sulit seperti ini seharusnya partai politik mulai membuka diri dan kesempatan melalui rekrutmen terbuka dan sekolah politik,hingga program-program maggang untuk generasi muda.Ini bisa menjadi moment yang tepat saat perusahaan sibuk memangkas karyawan dan membatasi lowongan partai politik harus tampil sebagai simbol harapan dengan membuka kembali ruang bagi mereka yang terdidik dan ingin berkontribusi.Tentu ini bukan ruang yang steril dari kepentingan namun jika generasi muda terus menjauh maka ruang itu tetap di isi oleh wajah-wajah lama dengan pola pikir yang itu-itu saja.Politik bisa menjadi ruang pembelajaran yang menantang tetapi juga penuh kemungkinan bukan untuk semua orang,tetapi untuk mereka yang tak ingin lagi hanya menunggu peluang melainkan menciptakanya.Karena sejatinya partai politik bukan mencari karyawan,tetapi menyiapkan calon-calon pemimpin massa depan.Saya berharap dalam perjuangan disiplin bidang ilmu saya adalah bagaimana semua teori yang ideal dalam landasan berpikir ilmu politik bisa di praktekan dalam perjuangan,pelayanan,pengorbanan dan pengabdian dalam kepemimpinan.

Baca juga :  Membaca Pikiran Anton Doni Dihen - Mengapa Solor Run?