Tumbangkan Laskar Gunung Muna Mataru FC 2:0, Laskar Lawo Ape Pantar Barat Raih Juara Piala Bupati Cup 2025

Kalabahi, PG.com – Tim Kecamatan Pantar Barat merupakan tim yang berpengalaman dengan segudang prestasi yang telah membawa ambisi besar. Setelah sukses menggondol trofi Levo Tana Cup dan Kapolres Cup, mereka kini memburu dan berhasil meraih gelar ketiga untuk melengkapi “Treble Winner”.

Kecamatan Pantar Barat dengan julukan Laskar Lawo Ape berhasil memenangkan laga bergengsi di Kabupaten Alor melawan Laskar Gunung Muna Kecamatan Mataru pada perebutan Juara 1 di Final Piala Bupati Cup pada Sabtu (02/08/2025) sore.

Sebagai tim yang belum terkalahkan sejak babak pengisian hingga laga final, pantar barat tampil memukau dihadapan ribuan pendukungnya. Si “Raja Juara” belum tergoyahkan.

Lautan manusia dibuat kagum, terengah-engah dan harus tapuk tangan. Pendukung lawan harus tunduk sambil mengacungkan jempol. Dua gol di akhir babak penutup membungkam prediksi liar yang diajukan terbuka di stadion baru nirwala.

Yah, Laskar Lawo Ape berhasil membobol gawang Laskar Gunung Muna sebanyak 2 kali dan menang tanpa balasan dari Laskar Gunung Muna.

Diketahui, Pemain nomor 7 Sharil Bara Sari menjadi satu-satunya pemain Pantar Barat yang berhasil membobol gawang lawan sebanyak 6 kali dan ditetapkan sebagai Top Scoree pada laga Bupati Cup 2025.

Ini menunjukan bukan sekadar pertandingan final, melainkan titik temu antara harapan dan takdir. Dua tim, Pantar Barat dan Mataru, yang pernah saling menguji di babak 8 besar dengan skor imbang 2-2, akhirnya kembali dipertemukan dalam duel paling dinanti sepanjang turnamen yakni Final Piala Bupati Alor Cup 2025.

Terlihat di bawah langit Batunirwala yang membiru dan teriakan suara suporter dari tribun yang bergemuruh oleh ribu penonton, Pantar Barat datang untuk menuntaskan dan merebut piala bergengsi itu.

Baca juga :  Resmi! Prima dan Jesicca Terpilih sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Umum GMKI Masa Bakti 2025-2027 Pada Kongres Ke-XXXIX di Samarinda

Gol pertama tercipta di menit ke-32. Sahril Bara, pria yang mengenakan nomor punggung 7 itu menari di ruang kosong pertahanan lawan dan menyelesaikan peluang dengan sangat baik setelah mendapatkan Asist dari nomor punggung 10 Kaisole, Gemuruh teriakan para Suporter meledak, pelatih melompat dari kursi, dan langit dan alam pun seperti ikut bersorak atas gol pertama dari kecamatan pantar.

Tujuh menit berselang, giliran sosok yang selalu menjadi sorotan atas Asist cerdasnya, Kaisole yang mengenakan nomor punggung 10 kemudian menciptakan keajaiban. Ia memecah kebuntuan lini tengah, menggiring bola melewati hadangan terakhir, lalu melepaskan tembakan tendangan keras yang membobol gawang Mataru, akhirnya Skor berubah menjadi 2-0, dan itu cukup untuk mengunci kemenangan.

Pertandingan dilanjutkan namun Peluit akhir pun terdengar Dan saat itu terlihat air mata tumpah dari para suporter, pemain bahkan pelatih, bukan karena kalah, tapi karena mimpi akhirnya menjadi nyata.

Namun yang paling menyentuh bukan hanya kemenangan. Setelah Pantar Barat dinobatkan sebagai juara, tim Mataru dan para suporternya tak menampakkan wajah kecewa. Justru mereka turut bersuka cita, menyanyikan lagu “Gunung Muna” di tengah lapangan, bergandengan bersama para pemain Pantar Barat. Tak ada sekat, tak ada duka, hanya kebanggaan menjadi bagian dari sejarah di Nusa Kenari.

Inilah wajah Alor yang di mana kompetisi tidak memisahkan, tapi mempersatukan. bahwa sepak bola bukan soal menang atau kalah, tapi tentang merawat kebersamaan dan merayakan semangat yang satu.

Langit dan Alam akhirnya merestui. Semesta tak lagi bersembunyi. Pantar Barat mengangkat trofi bukan hanya sebagai pemenang, tapi sebagai penutup dari kisah perjuangan yang nyaris sempurna.

Mereka datang menuntaskan cerita. Dan mereka pulang membawa lebih dari sekadar kemenangan, mereka membawa kehormatan, mereka menjawab keraguan dari teriakan lawan di publik Alor. (*Eka Blegur).