Manusia Berpolitik

Orang-orang besar dalam sejarah penggerak dan pendobrak nasib manusia selalu memiliki imajinasi politik yang menakjubkan. Apakah untuk kebaikan atau keburukan — pembangunan kekaisaran dan penaklukan kaum fanatik, kaum revolusioner, filsuf politik atau ideologi, negarawan terkemuka, para legislator, dan banyak lagi tipe-tipe homo politicus lainnya — mereka semua meninggalkan jejak dalam jalur perjalanan sejarah.

Motivasi dan ambisi mereka dibahas dalam bentuk biografi kehidupan, dan sering kali kematian mereka menjadi kenangan mendalam bahwa politik tanpa pembebasan manusia sesungguhnya akan menjadi politik yang gersang.

Walaupun karya-karya klasik dari filsafat politik — mulai dari Plato hingga Mill — merupakan sistem politik kemanusiaan, ilmu politik modern hingga belakangan ini justru mengabaikan pelaku-pelaku yang membuat lembaga-lembaga dan proses politik berjalan dari masa ke masa. Ilmuwan politik kekurangan pengetahuan know-how secara analitik mengenai psikiatri klinik, yang merupakan kondisi yang diperlukan untuk menilai proses-proses politik.

Akibatnya, ilmuwan harus meletakkan bukti dokumenter dalam merekonstruksi kembali kepribadian politik. Salah satu karya paling penting dalam bidang kepribadian politik adalah dari Robert E. Lane, Political Ideology: Why the American Common Man Believes What He Does (1962). Kajian wawancara ini dilakukan terhadap sekelompok elit yang terpilih, mencakup kelompok yang ragu mengenai pembangunan bangsa.

Laboratorium politik, di samping banyak pendekatan teoritis yang dapat digunakan untuk mempelajari politik secara umum, menunjukkan bahwa politik paling tidak berkaitan dengan keputusan tentang bagaimana suatu komunitas mendistribusikan sumber dayanya dan mengatur kehidupan kolektif. Komunitas yang dimaksud tidak hanya satuan teritorial seperti nation-state atau sub-bagiannya, tetapi juga suku bangsa penggembara, organisasi keagamaan, perusahaan bisnis, perkumpulan sukarela, bahkan keluarga sebagai unit terkecil.

Di antara semua kolektif ini — besar atau kecil — terdapat pembuat keputusan yang memungkinkan pencapaian tujuan dan mempertahankan sistem. Untuk itu, mereka mengembangkan norma-norma, aturan adat, budaya masing-masing, membentuk keteraturan sosial, menciptakan hubungan atasan-bawahan atau hubungan egaliter di antara para anggotanya. Untuk mempertahankan aturan, peran, dan hubungan tersebut, biasanya diterapkan sanksi, baik dalam bentuk hukuman maupun penghargaan.

Artinya, politik adalah konsensus, kompromi, lobi dan negosiasi, tawar-menawar, paksaan, janji, dan penyesuaian; mempercayai dan mewakili; mematuhi dan mengatur. Semua kata kerja ini lebih baik daripada kata benda seperti kekuasaan, otoritas, atau hukum, dalam menggambarkan apa yang terjadi dalam politik.

Dalam mencapai perubahan sosial, kekuasaan dan kedaulatan sulit dijelaskan; mereka dibentuk oleh pengaturan manusia. Kini, yang sering diabaikan adalah politik lokal, di mana distribusi kekuasaan lebih merata — berbeda dengan politik urban di mana fragmentasi politik menjadi intensif karena persaingan antara partai-partai politik, grup internal, dan organisasi-organisasi berbeda yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

Jauh dari esensi tanggung jawab politik, kurangnya integrasi dan benturan kepentingan sering berujung pada kesulitan dan kegagalan pemerintahan.

Masalah publik dan pribadi pada umumnya dalam sejarah perkembangan sektor umum — apapun jenis dan bentuk pemerintahannya — diharapkan mampu memenuhi kebutuhan minimum: kesehatan, perumahan, pendidikan, pekerjaan, dan keamanan. Pemerintah berperan besar dalam memenuhi berbagai kepentingan masyarakat melalui pengawasan, pengaturan, bantuan, saran, dan masukan, yang kini menjadi bagian integral dari proses politik.

Orang selalu bertanya tentang peran pemerintah dalam menjawab tantangan dan permasalahan rakyat. Akibat faktor ekonomi modern dan kompleksitas perubahan teknologi, kebutuhan dasar manusia kini lebih ditentukan oleh pertimbangan pragmatis ketimbang ideologi. Ini lebih sesuai dengan tuntutan masyarakat baru yang lepas dari kungkungan feodalisme, yang kini diwarnai oleh industrialisasi, pasar kapitalis, keuangan raksasa, serikat buruh, asosiasi petani, asosiasi profesional, dan aneka kolektif lainnya.

The British Political Elite — William L. Guttsman (1963) — memberikan gambaran perilaku politik di kalangan elit, membahas profil militer yang selalu dinamis dan berubah-ubah, serta mencakup pembahasan elit di berbagai bangsa pada berbagai tingkat pemerintahan.

Manusia menggerakkan manusia lain dan bangsa, tetapi manusia juga dikendalikan oleh gagasan dan ide yang memberi bobot serta arah pada gerakannya. Politik modern ke depan diharapkan menjadi tatanan yang koheren dan konsisten dari kepercayaan, nilai-nilai, pendapat, aspirasi, yang bersumber dari ketaatan dan persetujuan, atau justru menjadi sumber revolusi.

Ideologi berusaha membuka topeng kepura-puraan musuh politik. Ideologi memberi makna pada tindakan manusia dalam politik, dalam perubahan politik. Benturan politik sejatinya terjadi antara ritual tradisi dan inovasi.

Ilmu politik adalah rangkaian perilaku manusia; bahkan, ketidakacuhan politik suatu saat justru dapat memberi sumbangan berharga bagi pengetahuan politik.


Kepada Paduka Pemuda Indonesia:

Para pemuda sebagai generasi penerus, mulai sekarang bersiap-siaplah menyambut tugas berat itu. Tekunlah dan berharaplah pada Tuhan Yang Maha Esa dan warisan leluhur. Bersiaplah memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan bangsamu. Jangan sia-siakan waktu dan kesempatanmu. Belajarlah dengan giat di semua bidang ilmu untuk kepentingan bangsa yang sejahtera dan jaya.

Pemuda Indonesia harus menggali nilai-nilai adat istiadat dan kebudayaan suku bangsa Indonesia serta menghormatinya. Penghargaan terhadap adat dan budaya berarti menghormati seluruh suku bangsa di Indonesia. Harus bersatu dan saling menghormati agar terjalin kehidupan yang harmonis. Dengan demikian, akan tercipta pula pengertian dan persaudaraan yang didasarkan pada jiwa Sumpah Pemuda.

Perjuangan untuk pembangunan inilah yang diharapkan dari kita semua. Semua ini dapat terwujud apabila kita berpikir dan bekerja ke arah itu. Mau tidak mau, kita harus melaksanakannya.

Berdosalah kita semua jika tidak mewujudkan cita-cita para pahlawan yang telah mendahului kita. Marilah bersama-sama berjuang melawan kemiskinan dan keterbelakangan. Singsingkan lengan bajumu, turun bertempur ke sawah dan ladang, ke rimba dan ngarai, ke laut yang dalam, ke perut bumi yang kaya tambang. Turunlah bertempur dan berjuang menjadi patriot pembangunan nusa dan bangsa.

Marilah, pemuda-pemudi harapan bangsa, jangan hanya bertopang dagu dan merenungi nasib. Mari terjun melebur dalam tekad Bhinneka Tunggal Ika (Keberagaman dalam Persatuan).


Political Activist – Gregorius Matrecano

Baca juga :  Melawan Buta Politik